Kamis, 13 November 2008

tips memilih calon pasangan yg baik,,sehidup semati

Menikah alias kawin yang baik hanya dilakukan satu kali seumur hidup dan kita akan terus hidup bersama dengan orang yang kita pilih sebagai isteri kita beserta anak yang mungkin kita hasilkan dari pernikahan itu. Memilih pasangan hidup yang tepat adalah salah satu bagian terpenting dalam hidup dengan banyak aspek dan faktor kriteria pemilihan yang harus dihitung dengan matang. Gadis atau janda semua sama saja di mana anda harus melakukan penjajakan yang cukup sebelum melangkah ke jenjang yang lebih tinggi.

Kesalahan memilih wanita / cewek / perempuan yang kita nikahi akan berdampak buruk pada kualitas hidup kita di masa depan. Cerai adalah pilihan yang sangat buruk yang bisa diambil ketika semua cara dan upaya telah dicoba untuk membuat hubungan menjadi baik tidak berhasil dan dapat membahayakan jika terus dibiarkan.

Pacaran merupakan salah satu upaya untuk menemukan pasangan hidup yang tepat. Pacaran yang baik tidak melakukan apa yang boleh dilakukan pasangan yang sudah menikah. Melakukan hubungan suami istri yang tidak semestinya justru akan berdampak buruk pada hubungan setelah menikah maupun hubungan setelah menikah dengan gadis lain.

Berikut ini adalah Kriteria Pemilihan Calon Isteri Yang Baik :

1. Saling Jujur / Tidak Suka Bohong, Cinta Dan Setia

Mana ada orang yang suka dibohongi. Pilih wanita yang dapat dipegang kata-katanya dan hanya akan berbohong untuk kepentingan keluarga yang positif. Jika suka bohong anda akan dibuat pusing sama istri anda kelak. Wanita yang setia pada anda akan selalu mencintai anda dan akan selalu berada di samping anda ke mana pun anda pergi dan dalam kondisi apa pun. Cinta juga menjadi yang sangat penting, karena cinta adalah modal dasar dari hubungan suami istri yang baik dan sebaiknya sudah ada sejak status masih pacaran.

2. Penampilan Menarik

Sebaiknya anda mencari perempuan yang dari fisik anda suka namun bukan hasil permak atau dandan tebal. Menarik tidak harus selalu cantik, cakep, ayu, menor, seksi, imut, manis dan sebagainya, tetapi yang tidak membuat anda benci jika melihatnya. Sebisa mungkin cari yang jika anda prediksi puluhan tahun mendatang dapat tetap dapat membuat anda tersenyum bahagia ketika memandang wajahnya. Jangan lupa dengan penampilan anda sendiri ketika sudah menikah. Jangan buat si dia ilfil dan jadi benci sama anda.

3. Taat Ibadah

Ini hal yang penting bagi masa depan keluarga anda. Anak-anak anda nanti akan dibimbing lebih banyak oleh sang ibu. Jika ibunya ugal-ugalan nggak bener kelakuannya, maka bisa ditiru oleh anak. Cari wanita shalihah / solehah yang dapat mendidik anak-anak menjadi manusia yang berakhlak soleh dan mempengaruhi anda untuk beribadah lebih baik lagi.

4. Pandai / Pintar

Jangan mencari jodoh gadis kampung atau cewek kota yang memiliki intelegensia di bawah rata-rata. Penampilan hanya luar saja yang cuma enak dalam urusan ranjang serta bisa selalu kita atur dan mungkin bisa kita bobongi, selingkuh di belakangnya, menikah lagi / kawin lagi, dll. Akan tetapi wanita yang bodoh tidak akan mampu membantu mencari solusi pada saat-saat diperlukan dan mungkin akan terkekang selama hidup dengan kita karena harus selalu menurut pada sang suami. Istri yang pintar bisa membantu mengatur rumah tangga dan mungkin bisa juga membantu finansial / keuangan keluarga dengan melakuka usaha sampingan atau bekerja.

5. Tidak Materialistis / Bukan Cewe Matre

Cewe matre ke laut aje emang bener itu lagu. Jangan cuma cari cewek dari cantiknya saja, tapi dari hatinya. Sebanyak apa pun uang yang kita dapat dari bekerja tidak akan cukup untuk menghidupi seorang isteri matre tidak tahu diuntung. Bisa jadi ketika anda sudah tidak punya uang dan pekerjaan layak anda akan ditinggalkan sendiri begitu saja bersama anak-anak.

6. Kalem / Emosi Stabil Rendah Dan Dapat Menghibur

Istri yang murah senyum, lemah lembut, tidak suka marah dan tidak mudah stres menghadapi problema hidup adalah istri yang baik. Sebelum kawin dan selama berpacaran anda wajib melakukan pengamatan emosional, sikap dan perilaku. Jika pacar anda gampang sekali marah meledak-ledak dan tidak bisa diubah sebaiknya tinggalkan saja. Hidup dimarahi isteri terus-menerus akan membuat anda menderita. Istri yang baik adalah istr yang bisa menghibur di kala suka dan duka dalam berbagai kondisi baik terhadap suami maupun terhadap anak. Pilih juga yang mencintai keluarganya dan keluarga kita masing-masing.

7. Sehat Jasmani Dan Rohani

Pilihlah yang dari segi fisik dan mental / jasmani dan rohani yang sehat wal'afiat. Pilih yang sehat, cerah, gesit, kuat, dan tidak mudah sakit. Dari segi kesuburan pun juga penting jika anda ingin punya keturunan. Jika belum yakin maka sebaiknya anda melakukan pemeriksaan kesehatan berdua saat pranikah. Perhatikan pula keluarganya apakah ada yang punya riwayat penyakit yang dapat menurun dan bisa berakibat fatal. Terkadang suatu penyakit dapat diturunkan ke anak dan atau cucu.

8. Dapat Dikontrol Dan Mengontrol

Di saat isteri melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan yang kita inginkan, berbicaralah dengan baik tanpa emosi bahwa sebaiknya si istri melakukan apa yang kita inginkan beserta alasannya. Begitu juga sebaliknya, di mana kita dapat dikritik isteri pada sikap dan perilaku kita secara kekeluargaan dan baik-baik. Untuk melakukan hal ini diperlukan adanya kesamaan tingkatan atau derajat di mana suami dan isti sama-sama dalam satu tim kepemimpinan yang solid. Bukan hanya suami saja yang jadi pemimpin dan istri cuma manut-manut saja. Umumnya untuk dapat tipe cewek semacam ini adalah yang umur sepantar dan sama-sama pintar.

9. Persetujuan Orang Tua, Keluarga, Teman Dan Sebagainya

Hubungan suami isteri harus didukung oleh orang-oang yang ada di sekitar kita mulai dari orang tua, mertua, teman, kerabat, saudara, teman, tetangga, teman kantor, dan lain-lain. Pernikahan yang emsional tanpa dukungan orang dekat dapat berdampak buruk bagi hubungan di masa mendatang. Yang jelas jika belum mendapat persetujuan, anda harus dapat berbicara dengan baik untuk membela argumentasi anda.

tips membina hubungan jarak jauh

Cinta tak dapat dibendung oleh jarak, gunung, lautan bahkan hujan es sekalipun. Cinta akan membuat seseorang lupa akan kondisi terluar, ia akan menghinggapi dan membuat orang yang terhinggapi mabuk kepayang pada orang tercinta.

Tips ini bukan hanya dikhususkan untuk mereka yang masih berstatus pacaran, tapi juga diumumkan untuk pasangan-pasangan yang sudah menikah tapi memiliki jarak, misalnya antar kota atau antar Negara.

Banyak orang-orang jaman sekarang yang memiliki ikatan dan berada dalam jarak yang memisahkan. Permasalahannya adalah bagaimana agar hubungan tersebut dapat dijaga dengan baik keberlangsungannya.

Ada beberapa tips dalam membina hubungan tersebut. Kata kuncinya adalah seperti dibawah ini :

  1. Setia dan Komitmen

Komitmen adalah ucapan janti untuk setia terhadap pasangan dan tidak pernah sekalipun melenceng. Melenceng atau melanggar komitmen sering disebut dengan selingkuh.

Beranggapan bahwa komitmenlah yang pertama. Ini terbukti pada saat kehidupan zaman rasull yang pada saat itu belum ada teknologi. Dengan setia Rasullalah menjadi musafir dan istrinya tetap tinggal dirumah dan setia menungguinya. Tetapi ada batas dalam islam seseorang meninggalkan pasangannya.

  1. Komunikasi

Ada banyak sumber yang menempatkan komunikasi adalah tips paling sukses dalam membina hubungan. Memang tidak dipungkiri, komunikasi adalah benteng terluar yang dapat menjaga keutuhan dalam menjalin hubungan. Hubungan jauh ataupun dekat komunikasi sangat berpengaruh penting.

Saat ini banyak teknologi yang memudahkan kita untuk berkomunikasi. Bisa memakai telepon voice atau sms, chatting, e-mail. Secara rutin lakukan hal ini sehingga menjadi sebuah kebiasaan.

Biasanya pasangan akan sangat senang jika sesekali komunikasi tidak hanya lewat elektronik. Tulisan dengan tangan dan pena berwarna akan menambah nilai tambah dalam berkomunikasi.

  1. Percaya dan Sabar

Kepercayaan ibaratnya adalah tangan yang mengambil pasir. Semakin keras orang menggenggam pasir semakin sedikit pasir yang didapat. Tetapi jika mengambil pasir dengan cara yang benar yaitu dengan menyatukan keduatangan menengadah menghadap keatas, maka pasir yang didapat semakin banyak. Hal ini sama dengan sebuah kepercayaan yang diberikan kepada seseorang. Biasanya orang akan berontak jika dikekang terlalu keras.

  1. Masa depan

Ceritakan kepada pasangan anda kehidupan apa yang nanti anda dambakan. Kemukakan pandangan anda tentang masa depan anda. Hal ini akan membuat harapan semakin kuat, dengan semakin kuatnya harapan maka rasa cinta akan semakin kuat.

  1. Kejutan Hadiah

Sesekali kirim sesuatu baik itu barang atau apapun yang membuat dia ingat akan diri anda. Misalnya boneka cantik, atau parfum, atau lainnya sesuai selera pasangan anda. Ini juga dapat diberlakukan pada saat hari-hari penting semisal : pasangan anda berulang tahun atau hari besar umat beragama dll.

Point penting Tips berhubungan / Pacaran Jarak Jauh adalah :

  1. Setia dan Komitment
  2. Komunikasi
  3. Percaya dan Sabar
  4. Masa Depan
  5. Kejutan Hadiah

10 kiAt meNjadi PasanGan sETia

Setiap pasangan tentunya kita ingin menjadi pendamping yang baik bagi pasangan. Nah, apakah selama ini kita sudah menyempatkan diri untuk membenahi sikap agar dapat menjadi pendamping yang dibutuhkan oleh pasangan? Yuk lakukan beberapa cara berikut agar hubungan dengan pasangan jadi lebih solid.

Jika selama ini Anda merasa telah memperlakukan pasangan dengan buruk, di bawah ini ada beberapa cara yang bisa membantu Anda memperbaikinya. Kuncinya sederhana saja kok! Jika Anda ingin menjadi yang terbaik bagi orang lain, Anda pun harus belajar menjadi yang terbaik bagi diri sendiri.

1. Jangan Remehkan Diri Sendiri
Jangan pernah mengatakan Anda bukan yang terbaik bagi pasangan. Sekarang bagaimana dapat dihargai jika Anda sendiri tidak berusaha untuk menaikkan harga diri Anda sendiri. Satu hal, jangan pernah menyalahkan diri sendiri atas kesalahan di masa lalu karena hal tersebut dapat menghambat Anda untuk mencoba sesuatu yangbaru dan menghambat keberhasilan Anda di masa yang akan datang.

2. Landasi Hubungan dengan Kejujuran
Tidak ada satupun hubungan yang sukses jika dibangun dengan kebohongan. Sekali pun pasangan tidak pernah mencari tahu kebenarannya ucapan atau tindakan Anda, namun kebohongan bisa mempengaruhi hubungan Anda berdua.

3. Lakukan Hal yang Membahagiakan
Coba ingat, berapa kali Anda melakukan hal yang Anda tak sukai hanya untuk menyenangkan atau membahagiakan pasangan. Padahal, jika Anda menyadari, setiap kali Anda melakukan cara itu, sebagian cinta Anda untuk pasangan telah mati.

4. Jangan Pernah Mengecilkan Pasangan
Setiap orang pernah berbuat salah dalam hidupnya dan setiap orang bekerja pada ritme yang berbeda. Jika Anda selalu menghabiskan waktu untuk mengomeli pasangan hanya karena masalah sepele yang menurut Anda keliru, bagaimana Anda dapat mengharapkan pasangan melakukan sesuatu yang benar.

5. Jangan Batalkan yang Telah Anda Janjikan
Kepercayaan sangat penting bagi setiap hubungan. Jika Anda telah menjanjikan sesuatu kemudian Anda batalkan secara sepihak, pasangan pun akan sulit mempercayai Anda kembali.

6. Ciptakan Keromantisan
Salah satu indikator kegagalan hubungan adalah kurangnya romantisme. Memang tak semua manusia diciptakan memiliki sifat romantis yang tinggi. Namun untuk mempertahankan hubungan, romantisme sebenarnya bisa dipelajari. Tak harus dengan bunga untuk menunjukkan keromantisan Anda. Sekadar kecupan yang spontan juga dapat dimasukkan ke dalam kategori romantis.

7. Selalu Ada Bagi Pasangan
Tidak ada yang lebih penting dalam hidup Anda selain bisa menjalani hidup bersama pasangan. Teman bisa datang dan pergi, tetapi pasangan akan selalu bersama Anda untuk seluruh perjalanan hidup. Jika pasangan sedang memiliki masalah atau memerlukan Anda, tidak ada cara lain, Anda harus berada di sampingnya.

8. Komunikasi
Ini merupakan salah satu kunci utama untuk mendapatkan hubungan yang langgeng. Tak ada masalah yang tak terselesaikan jika didasari dengan komunikasi. Bicarakan segala hal yang menyangkut hubungan Anda berdua, mulai masalah uang hingga urusan ranjang. Niscaya, takkan ada ganjalan di dalam perjalanan Anda.

9. Perlakukan Pasangan Dengan Sopan
Panggilah namanya dengan sopan. Janga berteriak, apalagi jika di hadapan banyak orang. Jangan pula perlakukan pasangan dengan tidak baik, melebihi cara Anda memperlakukan teman baik Anda. Junjung tinggi keberadaannya di mana saja Anda berada.

10. Hormati dan Jaga Perasaannya
Adalah kodrat Anda sebagai wanita untuk mendampingi pasangan. Jadi, hormati dia sebagai pasangan hidup Anda dan jangan bongkar kejelekannya di hadapan keluarga apalagi teman-teman Anda. Kuncinya, seburuk apapun pasangan di mata Anda, tapi ia harus tetap menjadi yang terbaik di hadapan orang lain.

tiPs bWt sLLu sTia sMa paSangan

Tak mudah memang setia terhadap pasangan. Banyak yang harus dilakukan agar Anda berdua bisa tetap bahagia menjalani hubungan dengan dasar kesetiaan. Apa saja?

1. TANPA PAMRIH
Hal yang perlu Anda sadari dalam mencintai pasangan adalah “memberi dengan tulus.” Cinta adalah ketulusan hati. Untuk itu, tidak selayaknya menyelipkan pamrih demi keuntungan atau kesenangan sendiri. Misalnya, jangan berharap dengan mencintai pasangan, Anda lantas senantiasa harus diperhatikan. Atau, dengan mencintai pasangan, Anda berharap pasangan tidak berbuat kesalahan. Semua itu hanya akan menyakitkan diri Anda.

Ingat, mencintai berarti Anda “hanya” memberi, jadi jangan mengharapkan kembalian. Imbal balik dari pasangan akan datang dengan sendirinya bila Anda tulus mencintainya. Tidak perlu Anda berharap-harap, bukan? Dari rasa tanpa pamrih inilah, Anda akan mampu menjaga hati untuk tetap setia pada cinta Anda. Dari sinilah, Anda akan sanggup membahagiakan pasangan.

2. JANGAN BANYAK MENUNTUT
Jangan cemari hati dan cinta dengan begitu banyak tuntutan. Bahkan, sebaliknya, Anda harus belajar untuk selalu memberi yang terbaik kepada orang lain, termasuk kepada pasangan, melalui cinta Anda. Hanya dengan cinta yang benar, semua itu dapat Anda wujudkan. Sikap seperti ini akan membuat Anda tetap setia kepada cinta Anda, yang tentu berbuah positif dalam hubungan dengan pasangan.

Terlalu banyak menuntut hanya akan berujung pada kepentingan pribadi, sehingga tidak akan mampu menambahkan kedewasaan hubungan. Bahkan, sangat mungkin malah menghancurkan jalinan kasih Anda. Bukankah bila hal ini terjadi, kesetiaan Anda pun akan luntur? Jadi, jangan banyak “menuntut” agar Anda tetap selalu setia kepada cinta dan hubungan Anda berdua.

3. JANGAN TAKUT DIKECEWAKAN
Mungkin ini sangat sulit Anda lakukan. Biasanya, setiap orang selalu menghindari rasa kecewa, dan selalu ingin senang terus. Tidak ada ruang dalam hatinya untuk rasa kecewa atau duka cita. Padahal, kehidupan memiliki banyak sisi yang harus dihayati.

Untuk itu, agar Anda tetap setia kepada cinta Anda, jangan takut dikecewakan! Tidak selamanya pertumbuhan pribadi berasal dari kesuksesan atau kebahagiaan. Adakalanya, Anda harus merasakan kekecewaan akibat hubungan dengan orang lain, termasuk pasangan Anda. Sangat mungkin ada salah paham, cekcok, atau pertengkaran kecil yang tentu akan membuat hati Anda terluka. Namun, jangan takut. Anda dapat mendewasakan diri dari “luka-luka kecil” seperti ini.

Bila Anda sudah mampu menghadapi situasi sulit ini, Anda tetap akan setia terhadap cinta Anda. Cintalah yang akan menghibur Anda dari goresan luka. Cintalah yang akan menyemangati hidup Anda untuk bangkit dari kekecewaan. Jadi, jangan buramkan cinta bila Anda sedang kecewa. Kesetiaan terhadap cinta inilah yang akan terus menguatkan hubungan kasih Anda dengan pasangan.

4. JADILAH PENGHIBUR YANG BAIK
Tempatnya cinta adalah hati. Bila hati sedang terluka, seseorang memerlukan penghiburan. Begitu pula bila hati pasangan Anda sedang berduka, hiburlah dia. Cinta Andalah yang akan menggerakkan diri Anda untuk memberi penghiburan dan penguatan bagi pasangan.

Semua itu dapat Anda lakukan bila Anda memiliki cinta yang bermahkotakan kesetiaan. Anda tidak akan pernah dapat menjadi penghibur yang baik bila cinta Anda tidak Anda bekali untuk “setia di saat duka sedang berkuasa.” Jadi, belajarlah menjadi penghibur yang baik bagi pasangan. Mulailah dari mencintai diri dengan benar dan selalu setialah terhadap cinta Anda. Yakinlah, hubungan kasih bersama pasangan akan semakin mesra dengan suasana penuh penghiburan ini.

5. PAHAMI SEPENUH HATI
Manusia tidak selalu berada dalam situasi yang mudah. Seringkali, pasangan berada dalam situasi sulit dan mungkin Anda pun kesulitan untuk memahaminya. Mungkin ia sedang frustrasi, putus asa, atau gagal. Nah, Anda harus bisa memahami hati pasangan yang sedang terpuruk ini. Pahami dia dengan sepenuh hati, jangan malah terpancing memperburuk suasana batinnya. Misalnya Anda mengomeli kenapa dia bisa gagal, atau menyalahkannya.

Hindari sikap seperti ini. Hanya dengan tetap setia kepada cinta Anda, Anda akan mampu menerima dan memahami suasana hati pasangan. Dengan kesetiaan pula, Anda menginspirasi pasangan untuk sesegera mungkin bangkit dari frustrasinya. Semua itu hanya dapat Anda lakukan dengan cinta, bukan? Jangan sedetik pun meninggalkan cinta Anda dan tetap setialah di dalamnya. Dengan begitu, pasangan akan lebih mencintai Anda karena Andalah yang bisa menjadi penyejuk di saat suasana buruk terjadi.

6. SYUKURI APA YANG TERJADI
Jangan mengeluh dan mengumpat bila Anda sedang gagal, berduka, ataupun kecewa. Ucapkan syukur atas karunia hari-hari Anda yang penuh warna pengalaman hidup. Ucapkan syukur karena semua peristiwa membawa Anda bertumbuh dalam kedewasaan.

Dengan sikap ini, Anda akan dapat tetap setia dalam cinta Anda. Kekalutan hidup tidak akan membuat jiwa Anda kerdil. Bahkan sebaliknya, Anda akan semakin tangguh menghadapi apa pun yang terjadi. Jadi, tetap setialah kepada cinta Anda dengan mensyukuri semua pengalaman hidup Anda. Dari sinilah hubungan kasih dengan pasangan akan semakin kokoh.

7. MANDIRI DALAM PIKIR DAN TINDAKAN
Kemandirian bukan berarti harus memikirkan diri sendiri tanpa memerhatikan orang lain, terutama pasangan hidup. Kemandirian dalam berpikir dan bertindak berarti mengedepankan rasa percaya diri dalam menghadapi setiap peristiwa yang terjadi. Dengan demikian, tak perlu menunggu pasangan bertindak ketika Anda harus menentukan sikap terhadap suatu momen penting.

Kemandirian akan membuat Anda dapat tetap setia terhadap pasangan dan diri Anda sendiri. Anda akan semakin yakin bahwa cinta Anda membawa kekuatan diri yang berujung pada sikap positif dalam memandang cinta dan jalinan kasih Anda. Untuk itu, berusahalah untuk mandiri dalam pikir dan tindakan, agar kesetiaan terhadap cinta terus pula berkembang. Hubungan kasih pun akan semakin kuat dan mandiri.

8. TEGUH DALAM HARAPAN
Cinta tanpa pengharapan tentu akan sia-sia. Hidup tak akan pernah bergerak ke depan tanpa pengharapan. Seakan tidak memiliki fokus ke arah yang lebih baik lagi. Anda juga tidak akan dapat menambahkan sedikit demi sedikit makna cinta dalam hidup Anda. Untuk itu, milikilah harapan dan berusahalah untuk selalu untuk mewujudkannya.

Dengan demikian, Anda akan tetap setia kepada cinta Anda; karena harapan Andalah yang mendorongnya. Tanpa setia dalam cinta, Anda tidak akan bergairah dalam mewujudkan harapan-harapan Anda, terutama harapan agar hidup penuh kasih dan sayang dengan pasangan. Jadi, selalu perteguh harapan akan hidup lebih baik dalam cinta dan kehidupan Anda berdua.

9. PADUKAN KATA DAN PERBUATAN
Cinta sebaiknya tak hanya disimpan di bibir semata. Juga, jangan hanya diungkapkan dengan untaian kata yang indah. Padukan kata dan perbuatan, sehingga makna cinta Anda dapat Anda rasakan bersama pasangan. Paduan ini akan menjadi bukti bahwa Anda tetap setia terhadap cinta Anda. Kesetiaan ini membuat hubungan kasih bersama pasangan selalu berada dalam kejujuran dan kepercayaan.

Ini karena Anda selalu setia dan konsisten terhadap ucapan dan perbuatan Anda. Dengan demikian, Anda berdua akan benar-benar menikmati kesetiaan dengan sepenuh hati. Tidak ada kekhawatiran akan terjadi kebohongan

Senin, 14 Januari 2008

Mengenal Kecerdasan Emosional Remaja

Masa remaja dikenal dengan masa storm and stress dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi. Pada masa remaja (usia 12 sampai dengan 21 tahun) terdapat beberapa fase (Monks, 1985), fase remaja awal (usia 12 tahun sampai dengan 15 tahun), remaja pertengahan (usia 15 tahun sampai dengan 18 tahun) masa remaja akhir (usia 18 sampai dengan 21 tahun) dan diantaranya juga terdapat fase pubertas yang merupakan fase yang sangat singkat dan terkadang menjadi masalah tersendiri bagi remaja dalam menghadapinya. Fase pubertas ini berkisar dari usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 16 tahun (Hurlock, 1992) dan setiap individu memiliki variasi tersendiri. Masa pubertas sendiri berada tumpang tindih antara masa anak dan masa remaja, sehingga kesulitan pada masa tersebut dapat menyebabkan remaja mengalami kesulitan menghadapi fase-fase perkembangan selanjutnya. Pada fase itu remaja mengalami perubahan dalam sistem kerja hormon dalam tubuhnya dan hal ini memberi dampak baik pada bentuk fisik (terutama organ-organ seksual) dan psikis terutama emosi.

Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari bermacam pengaruh, seperti lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman-teman sebaya serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Masa remaja yang identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara efektif. Bila aktivitas-aktivitas yang dijalani di sekolah (pada umumnya masa remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah) tidak memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak energinya, maka remaja seringkali meluapkan kelebihan energinya ke arah yang tidak positif, misalnya tawuran. Hal ini menunjukkan betapa besar gejolak emosi yang ada dalam diri remaja bila berinteraksi dalam lingkungannya.

Mengingat bahwa masa remaja merupakan masa yang paling banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan teman-teman sebaya dan dalam rangka menghindari hal-hal negatif yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, remaja hendaknya memahami dan memiliki apa yang disebut kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional ini terlihat dalam hal-hal seperti bagaimana remaja mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, berusaha menyetarakan diri dengan lingkungan, dapat mengendalikan perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan lancar dan efektif.

Apa Sih Kecerdasan Emosional

Goleman (1997), mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Lebih lanjut Goleman mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam meghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.

Sementara Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya Howes dan Herald (1999) mengatakan pada intinya, kecerdasaan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Lebih lanjut dikatakannya bahwa emosi manusia berada diwilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasaan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain.

Dari beberapa pendapat diatas dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. 3 (tiga) unsur penting kecerdasan emosional terdiri dari : kecakapan pribadi (mengelola diri sendiri); kecakapan sosial (menangani suatu hubungan) dan keterampilan sosial (kepandaian menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain).

Komponen-Komponen Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional bukan merupakan lawan kecerdasan intelektual yang biasa dikenal dengan IQ, namun keduanya berinteraksi secara dinamis. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah, tempat kerja, dan dalam berkomunikasi di lingkungan masyarakat.

Goleman (1995) mengungkapkan 5 (lima) wilayah kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :

Mengenali emosi diri

Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi dan pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan. Sehingga tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan masalah.

Mengelola emosi

Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila : mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri.

Memotivasi diri

Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal sebagai berikut : a) cara mengendalikan dorongan hati; b) derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang; c) kekuatan berfikir positif; d) optimisme; dan e) keadaan flow (mengikuti aliran), yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah ke dalam apa yang sedang terjadi, pekerjaannya hanya terfokus pada satu objek. Dengan kemampuan memotivasi diri yang dimilikinya maka seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya.

Mengenali emosi orang lain

Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.

Membina hubungan dengan orang lain

Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tanpa memiliki keterampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial. Sesungguhnya karena tidak dimilikinya keterampilan-keterampilan semacam inilah yang menyebabkan seseroang seringkali dianggap angkuh, mengganggu atau tidak berperasaan.

Dengan memahami komponen-komponen emosional tersebut diatas, diharapkan para remaja dapat menyalurkan emosinya secara proporsional dan efektif. Dengan demikian energi yang dimiliki akan tersalurkan secara baik sehingga mengurangi hal-hal negatif yang dapat merugikan masa depan remaja dan bangsa ini. Semoga.

Disiplin

Pendidikan disiplin merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan menanamkan pola perilaku tertentu, kebiasaan-kebiasaan tertentu, atau membentuk manusia dengan ciri-ciri tertentu, terutama untuk meningkatkan kualitas mental dan moral (Sukadji, 1988). Di dalam keluarga pendidikan disiplin dapat diartikan sebagai metode bimbingan orang tua agar anaknya mematuhi bimbingan tersebut.

Setiap orangtua pasti berusaha untuk mengajarkan disiplin kepada anak-anaknya, dengan menanamkan perilaku yang dianggap baik dan menghindari perilaku yang dianggap tidak baik. Hal ini memang akan lebih mudah dilakukan jika anak sebagai seorang individu mematuhi kemauan orang tuanya. Namun demikian, tujuan utama dari disiplin bukanlah hanya sekedar menuruti perintah atau aturan saja. Patuh terhadap perintah dan aturan merupakan bentuk disiplin jangka pendek. Sedangkan tujuan pendidikan disiplin adalah agar setiap individu memiliki disiplin jangka panjang, yaitu disiplin yang tidak hanya didasarkan pada kepatuhan terhadap aturan atau otoritas, tetapi lebih kepada pengembangan kemampuan untuk mendisiplinkan diri sendiri sebagai salah satu ciri kedewasaan individu. Kemampuan untuk mendisiplinkan diri sendiri terwujud dalam bentuk pengakuan terhadap hak dan keingian orang lain, dan mau mengambil bagian dalam memikul tanggung jawab sosial secara manusiawi. Hal inilah yang sesunguhnya menjadi hakekat dari disiplin.

Hukuman

Pembentukan disiplin diri merupakan suatu proses yang harus dimulai sejak masa kanak-kanak. Oleh karena itu pendidikan disiplin pertama-tama sudah dimulai dari keluarga (orangtua). Dalam kehidupan masyarakat secara umum, metode yang paling sering digunakan untuk mendisiplinkan warganya adalah dengan pemberian hukuman. Hal yang sama dilakukan juga oleh sebagian besar orangtua atau pun guru dalam mendidik anak-anak atau murid-murid. Kerugiannya adalah disiplin yang tercipta merupakan disiplin jangka pendek, artinya anak hanya menurutinya sebagai tuntutan sesaat, sehingga seringkali tidak tercipta disiplin diri pada mereka. Hal tersebut disebabkan karena dengan hukuman anak lebih banyak mengingat hal-hal negatif yang tidak boleh dilakukan, daripada hal-hal positif yang seharusnya dilakukan.

Dampak lain dari penggunaan hukuman adalah perasaan tidak nyaman pada anak karena harus menanggung hukuman yang diberikan orangtuanya jika ia melanggar batasan yang ditetapkan. Tidak mengherankan jika banyak anak memiliki persepsi bahwa disiplin itu adalah identik dengan penderitaan. Persepsi tersebut bukan hanya terjadi pada anak-anak tetapi juga seringkali dialami oleh orangtua mereka. Akibatnya tidak sedikit orangtua membiarkan anak-anak "bahagia" tanpa disiplin. Tentu saja hal ini merupakan suatu kekeliruan besar, karena di masa-masa perkembangan berikutnya maka individu tersebut akan mengalami berbagai masalah dan kebingungan karena tidak mengenal aturan bagi dirinya sendiri.

Beberapa Saran

Walaupun dalam merespon perilaku setiap individu akan memiliki cara-cara berbeda antara satu dengan yang lainnya. Ada beberapa hal pokok yang dapat diacu sebagai dasar merespon setiap perilaku dalam rangka pendidikan disiplin, diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Berkelanjutan

Pendidikan merupakan suatu proses berkelanjutan, artinya disiplin tidak hanya diberikan setelah anak masuk sekolah atau setelah masa remaja, tetapi harus sudah dilatih sejak anak baru dilahirkan ke dunia ini. Sejak anak membutuhkan kedekatan dengan orang dewasa, membutuhkan kasih sayang orang dewasa. Orang tua dapat memulai mendidik disiplin dengan menunjukan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, mana yang baik dan mana yang jelek. Sebagai contoh agar anak dapat disiplin dalam buang air, maka orang tua harus secara berkelanjutan dan konsisten dalam membersihkan dan mengganti pakaian sang bayi, ia di kenalkan pada situasi yang menyenangkan dan tahu apa yang harus dilakukan dengan semestinya sejak dini. Dengan perlakuan orang tua yang demikian akan meringankan tugas pada masa berikutnya karena anaknya tidak akan mengenal ngompol.

Selain itu pendidikan disiplin tidak hanya ditekankan pada waktu anak membuat perilaku yang tidak diinginkan atau pada waktu anak gagal mencapai harapan orang tua. Perilaku-perilaku yang diinginkanpun perlu (meski tidak harus terus-menerus), mendapatkan pengakuan, persetujuan atau penghargaan. Jika anak sejak bayi telah dilatih untuk berdisiplin maka pada masa remaja ia akan memiliki disiplin diri yang cukup sehigga akan mampu menahan segala godaan yang datang dari teman maupun lingkungan sekitarnya.

b. Autoritatif

Pendidikan disiplin sebaiknya tidak dilakukan dengan cara yang terlalu otoriter, tetapi juga tidak terlalu memperbolehkan semuanya (permisif). Cara yang tepat dalam pendidikan disiplin bagi remaja disebut dengan istilah moderatnya autoritatif : fleksibel, tetapi bila perlu tegas. Dalam menerapkan cara disiplin yang permisif (dapat dikatakan sebagai mendidik tanpa disiplin) cenderung menghasilkan anak remaja yang manja, semena-mena, anti sosial dan cenderung agresif. Sebaliknya, disiplin yang keras yang terutama dilakukan dengan memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh yang buruk bagi remaja. Hal ini dapat membuat remaja menjadi seorang penakut, tidak ramah dengan orang lain, dan membenci orang yang memberi hukuman, kehilangan spontanitas serta inisiatif bahkan ada pula yang pada akhirnya melampiaskan kemarahannya pada orang lain. Hubungan dengan lingkungan sosial akan lebih berorientasi kepada kekuasaan dan ketakutam. Siapa yang lebih berkuasa dapat berbuat sekehendak hatinya. Sedangkan yang tidak berkuasa menjadi tunduk. Ada pula yang menimbulkan pembelotan, hal ini terjadi terutama bila larangan-larangan yang bersangsi hukuman tidak diimbangi dengan alternatif (cara) lain untuk memenuhi kebutuhan yang mendasar. Cotoh: remaja dilarang untuk keluar bermain, tetapi di dalam rumah ia tidak melakukan apa-apa dan tidak diperhatikan oleh kedua orang tuanya karena kesibukan mereka.

c. Beri Batas-Batas yang Jelas

Batas-batas tentang boleh atau tidak boleh haruslah jelas, misalnya kapan anak boleh bermain, dimana dan dengan siapa sehingga anak tidak menganggu orang lain dan menghindarkan anak dari kecelakaan. Sejak masa kanak-kanak orangtua harus sudah memberikan batasan-batasan tersebut. Misalnya: anak boleh mengambarkan dengan pensil warna dikertas-kertas, dipapan yang telah ditentukan, tetapi tidak boleh di buku pelajaran kakaknya, buku ayah atau ibu, dan tidak boleh menggambar di tembok.

Penting bagi orangtua untuk mengingat bahwa batasan dan fasilitas yang diberikan oleh orang tua, hendaknya memenuhi kriteria tertentu: diperlukan, masuk akal, diberikan dengan penuh ketulusan dan kebaikan hati, dan secara konsisten sesuai kematangan anak. Fasilitas dianggap diperlukan bila anak dapat mencapai kemajuan yang lebih baik jika adanya fasilitas tersebut. Batas dan fasilitas dianggap masuk akal bila memenuhi pertimbangan kesehatan dan keadilan. Kebaikan hati adalah keinginan dalam memenuhi kebutuhan anak untuk berkembang seoptimal mungkin tanpa melampaui kemampuan anak mengontrol diri. Fasilitas yang konsisten dengan kematangan umum anak berarti tergantung pada perkembangan kecerdasan dan kematangan anak. Makin berkembang kematangan anak akan makin dapat diperluas batas-batas dan fasilitas. Dengan kata lain pada remaja luasnya batas tersebut sangatlah ditentukan kematangan yang telah dicapai oleh remaja tersebut.

d. Konsisten & Fleksibel

Setelah batas-batas ditentukan, maka orangtua harus mengupaya kesepakatan dengan anaknya untuk saling mematuhi apa yang telah ditentukan. Walau demikian, batas-batas yang ditentukan ini harus terus direvisi sesuai dengan perkembangan anak dan anak telah mencapai remaja maka penentuannya harus mengikut sertakan masukan dari remaja. Dengan cara tersebut diharapkan dapat membantu remaja untuk lebih cepat mengembangkan tanggung jawab atas disiplin diri.

Meski batas-batas telah ditetukan ada kalanya keadaan memaksa dan batas tersebut terpaksa dilanggar. Dalam kondisi ini orangtua perlu segera memberitahu dan menjelaskan pada remaja bahwa keadaan tersebut dapat dipahami dan diterima oleh orangtua namun bukan berarti bahwa batasan yang telah ditentukan tidak berlaku lagi. Sikap dan komunikasi orangtua semacam ini akan dapat mengurangi rasa berdosa, penyesalan bahkan rasa sakit hati yang tidak diperlukan.

e. Menjelaskan Secara Lengkap

Terkadang seorang anak berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan orangtua dengan alasan karena ia tidak tahu. Untuk mengatasi hal tersebut maka orangtua sangat perlu untuk mengupgrade diri sehingga mampu menjelaskan secara lengkap apa yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan, mengapa hal itu boleh/tidak, apa dampaknya jika dilakukan/tidak dilakukan, dsb. Jangan lah menganggap bahwa anak selalu mempunyai pertimbangan sematang orangtua (meski harus diakui ada remaja yang jauh lebih matang cara pandang/pikir dari orangtuanya). Kesalahan yang seringkali dilakukan orangtua adalah terlalu menganggap anaknya sudah mampu untuk mempertimbangkan segala sesuatu. Apalagi pada masa remaja, sang anak cenderung terlihat sangat mandiri. Banyak orangtua yang lupa bahwa anak remajanya masih membutuhkan penjelasan dan bimbingan dari orangtua, meski mereka terlihat enggan untuk mengakuinya. Dalam hal ini, justru orangtua lah yang seharusnya segera sadar dan mempertimbangkan bahwa anaknya masih belum tahu dan sesegera mungkin mengajarkan hal-hal tersebut kepada remaja tersebut. Bukankah orangtua yang seharusnya lebih memahami anak-anaknya secara rinci.

f. Berlatih

Orangtua hendaknya mengarahkan anak untuk mengembangkan pola-pola kebiasaan yang baik. Kebiasaan-kebiasaan baik tersebut harus sudah dilatih terus-menerus sejak usia dini, misalnya anak dibiasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, mematuhi jadwal belajar dan bermain, tidur dan bangun pagi secara teratur, dsb. Hal ini perlu, sebab setiap kebiasaan dan pola perilaku yang terbentuk pada masa kanak-kanak akan banyak mempengaruhi kebiasaannya kelak ketika dia dewasa.

g. Hukuman

Hukuman yang mendidik adalah hukuman yang menyadarkan pihak yang bersalah dalam hal ini remaja, bahwa hal yang baru saja terjadi hendaknya tidak diulangi karena hal tersebut tidak disetujui orang tua. Hukuman haruslah dipandang sebagai bentuk pertanggungjawaban atas perbuatan yang melanggar batasan-batasan yang ditetapkan. Hukuman tidak harus selalu menyakitkan, dan jangan dijadikan sebagai luapan kemarahan atau penyakuran emosi dari si penghukum (orangtua). Jika harus memberikan hukuman, hukumlah anak sesuai dengan tingkat pemahaman anak tentang hukuman tersebut. Hukuman yang terlalu berat akan mengakibatkan anak mendendam, dan bila ia tidak dapat membalaskan dendamnya akan terjadi pengalihan dalam bentuk kekerasan terhadap orang lain (tawuran) dan vandalism (mis. Coret-coret, merusak properti orang lain). Penting diperhatikan dalam pemberian hukuman adalah penjelasan mengapa anak terpaksa dihukum, hukuman harus dilakukan segera setelah perilaku terjadi, dan jangan melakukan hukuman fisik, seperti memukul atau menampar,dsb, terhadap anak-anak.

h. Komunikasi

Dalam kenyataan sehari-hari, banyak masalah yang berhubungan dengan disiplin sebenarnya dapat diselesaikan dengan menggunakan komunikasi timbal balik yang efektif antara anak dan orangtua. Dalam hal ini cara-cara berkomunikasi akan memegang peranan penting dalam pembentukan disiplin. Komunikasi dalam bentuk sindiran, hinaan, merendahkan harga diri orang lain hendaknya digunakan seminimal mungkin, bahkan harus dihindari sama sekali. Anak dan remaja sangatlah peka terhadap hal ini, dan dapat sakit hati karenannya. Jika cara-cara tersebut yang digunakan untuk mendisiplinkan anak, cara-cara demikian akan cenderung ditiru dalam hubungan interpersonal dengan orang-orang lain yang akibatnya dapat merugikan diri sang anak maupun orang lain.

Mencemaskan Penampilan

Sudah 2 jam Putri, tercenung di depan kaca riasnya, seolah tidak pernah puas dengan tata rias yang berulang kali dihapus dan dioles kembali. Usianya baru 15 tahun, namun Putri amat sangat mencemaskan wajahnya, terutama kulit dan bibir. Kulit Putri sebenarnya sawo matang kecoklatan yang membuat wajahnya tampak manis, namun Putri tidak senang dengan warna kulitnya dan ia sangat mendambakan kulit putih bersih mengkilat seperti artis yang dilihat di televisi. Sudah habis beberapa produk pemutih, tetap saja kulitnya tidak menjadi putih seperti yang “digaransikan”, malah pergantian itu sering membuat iritasi kulit sehingga timbul bercak-bercak tidak rata. Berulang kali Putri pegi ke dokter kulit, ke salon atau ke spa untuk memutihkan kulit, namun sepertinya tidak membawa hasil. Sudah banyak uang yang ia habiskan untuk penampilannya. Belum lagi keluhannya tentang bentuk bibir yang menurutnya terlalu lebar dan ia sangat tidak percaya diri karenanya. Putri sering menutupi bibir dengan saputangan, terutama jika sedang bicara dengan seseorang. Ia tidak ingin orang memperhatikan bibirnya.

Makin lama, Putri makin cemas dan stress berat sampai-sampai dia tidak bisa berkonsentrasi pada pelajaran di sekolah. Nilai-nilainya turun dan Putri pun semakin menyendiri, dan enggan ‘kumpul dengan teman-temannya. Putri selalu menghabiskan waktunya di kamar, untuk bercermin dan bercermin, dan semakin lama bercermin, semakin cemaslah hatinya dan sangat stress sebab tidak ada satu pun usahanya berhasil memperbaiki apa yang ia anggap sebagai kekurangannya. Tidak ada satu pun anggota keluarga, bahkan orang tua, yang bisa meyakinkan Putri, bahwa dirinya ok-ok saja...tidak ada yang aneh...Putri semakin menutup diri, semakin menjadi pendiam dan pemurung.

Setiap orang pasti pernah merasa tidak puas dengan penampilan fisiknya sehingga mencari cara untuk bisa “merasa” tampil lebih baik. Mengapa image itu sepertinya sangat penting untuk sejumlah orang ? Apakah sebenarnya yang dikatakan sebagai body image?

Menurut Roberta Honigman & David J. Castle, body image adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya; bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan atas bagaimana ‘kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya. Sebenarnya, apa yang dia pikirkan dan rasakan, belum tentu benar-benar merepresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih merupakan hasil penilaian diri yang subyektif.

Peran masyarakat dan media, memang membawa pengaruh yang besar dalam mendorong seseorang untuk begitu peduli pada penampilan dan image tubuhnya. Contohnya saja, sejak dulu di dalam masyarakat sudah terlihat pola-pola, bahwa yang cantik, yang ganteng, yang ‘keren, yang langsing, akan lebih populer, disukai dan banyak mendapatkan peluang di sana sini – dari pada yang “biasa-biasa saja”. Belum lagi, berbagai media dan iklan bermunculan di sana sini untuk memperkenalkan keampuhan produk mereka yang tentu saja banyak mendapat sambutan hangat dari masyarakat, baik tua muda, pria maupun wanita. Kehadiran media, tidak dipungkiri semakin mendorong pribadi-pribadi untuk meletakkan standard ideal dirinya – seperti yang dikehendaki oleh ‘masyarakat. Kecantikan dan kesempurnaan fisik, menjadi ukuran ideal bagi seseorang sehingga banyak yang berusaha mengejar kecantikan dan kesempurnaan, dengan bantuan kosmetik, gymnastic, fashion yang up to date, ke salon untuk menata rambut mode mutakhir, sampai dengan melakukan koreksi wajah dan tubuh di sana sini.

Semua itu, bisa saja membuat orang semakin stress ketika dirinya meletakkan penilaian dan penerimaan sosial di atas segala-galanya. Padahal, kesempurnaan atau pun kecantikan itu adalah sebuah nilai yang relatif, karena berbeda antara satu individu dengan yang lain, antara satu budaya dengan yang lain, antara satu masyarakat dengan masyarakat lain.

Ada sebagian orang, yang kemudian amat merasa terganggu dan tidak nyaman dengan penampilan fisiknya. Mereka merasa punya kekurangan yang fatal dan sulit diperbaiki, mereka merasa buruk rupa. Begitu besarnya perhatian mereka akan “kekurangan” dan “keburukan” (yang padahal orang lain tidak memandangnya demikian), sehingga seluruh daya upaya, tenaga dan biaya, digunakan untuk menutupi kekurangan. Namun semua itu tidak membawa hasil, karena tetap saja semua usaha tidak bisa mengubah penilaian diri. Banyak yang jatuh dalam stress dan depresi, hingga akhirnya tidak bisa belajar, tidak bisa kerja, tidak bisa sosialisasi, bahkan tidak bisa menikmati hidup ! Ketidakpuasan yang ekstrim terhadap penampilan ini, diistilahkan sebagai Body Dysmorphic Disorder.

Apakah Body Dysmorphic Disorder ?

Pada tahun 1891, seorang psychopathologist dari Italia, Enrique Morselli, memunculkan istilah dysmorphobia untuk menerangkan kondisi patologis seseorang, karena terus menerus memikirkan imagine defect, atau “kekurangan imajiner” dirinya. Istilah Body Dysmorphic Disorder, secara formal juga tercantum dalam Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorder (4th Ed), untuk menerangkan kondisi seseorang yang terus menerus memikirkan kekurangan fisik minor atau bahkan imagine defect. Akibatnya, individu itu tidak hanya merasa tertekan, bahkan kondisi tersebut melemahkan taraf berfungsinya individu dalam kehidupan sosial, pekerjaan atau bidang kehidupan lainnya (misalnya, kehidupan keluarga dan perkawinan).

Pada umumnya, penderita BDD, tidaklah buruk seperti apa yang mereka pikirkan dan nilai. Bahkan, mereka tampak seperti orang-orang kebanyakan lainnya. Namun, penderita BDD biasanya menunjukkan sikap pemalu, sulit menjalin kontak mata, komunikasi dan memiliki self esteem yang rendah. Mereka seringkali bertingkah ekstrim untuk mengkamuflase atau menutupi apa yang mereka anggap kekurangan yang memalukan. Misalnya, berulang kali bercermin, berdandan yang memakan waktu sangat lama. Mereka pikir, dengan berdandan dan mematut diri, akan mengurangi kecemasan, padahal, justru semakin lama, akan semakin membangkitkan kecemasan karena mereka semakin memperhatikan “kekurangan” tersebut.

Ciri-ciri Body Dysmorphic Disorder

Tidak semua orang yang memperhatikan atau mengkhawatirkan penampilan, dapat langsung dikategorikan sebagai BDD. Ada beberapa karakteristik dari penderita BDD:

1. Rendahnya self-esteem dan konsep diri negatif

Penderita BDD, biasanya memiliki self esteem yang rendah dan konsep diri yang negatif. Perasaan takut untuk dilecehkan, diabaikan, disingkirkan dan dijauhi – membuat mereka sering merasa tidak nyaman berada di tengah-tengah komunitas. Mereka pun dikatakan memiliki perasaan tidak berguna, serta memiliki perasaan yang terlalu sensitif. Penderita merasa takut jika orang lain memperhatikan kekurangan dan “cacat” tersebut, sehingga mereka melakukan ritual-ritual untuk menutupi “kekurangan”. Ritual seperti:

a. Menghabiskan waktu lama untuk berkali-kali bercermin, memeriksa penampilan diri, atau bahkan tidak pernah mau berkaca – menghindari cermin

b. Selalu memfokuskan kekurangan diri untuk dibandingkan dengan orang lain

c. Selalu membutuhkan konfirmasi dari orang lain, bahwa kekurangan itu tidaklah seberapa – atau dia tidak lah terlalu buruk

d. Berdandan secara berlebihan, untuk menutupi “kekurangan”, misalnya dengan terus menerus menyisir dan menata rambut, menggunakan make up berulang kali (dihapus dan dipoles kembali), menggunakan topi atau kaca mata gelap untuk menutupi mata, berulang kali bercukur, sampai sengaja menggunakan pakaian / kostum tertentu (yang kurang proporsional) untuk menyebunyikan kekurangannya

e. Sering sekali berkonsultasi dan meminta treatment dari Dermatologist, ahli kosmetik, atau pun berkali-kali operasi plastik (dan tidak pernah merasa puas akan hasilnya)

f. Berlatih amat keras atau pun diet super ketat untuk membentuk tubuh untuk mencapai bentuk ideal yang didambakan

g. Bering sekali dan berulang-ulang menyentuh bagian yang dinilai sebagai kekurangan

h. Selalu mencari referensi bacaan yang membicarakan masalah bagian tubuh yang dirasa kurang

2. Menghabiskan 1 - 3 jam setiap hari untuk mengurusi penampilan

Penderita BDD, umumnya larut dalam pemikiran dan perilaku berkaitan dengan perceived defect paling tidak minimal 1 jam atau lebih setiap harinya. Namun, hasil penelitian terhadap pasien remaja, mereka bahkan menghabiskan waktu selama 3 jam. Mereka juga dikatakan kurang memiliki pemahaman atas masalah yang terjadi (ada sesuatu yang tidak benar sedang terjadi pada diri saya; atau, apa yang menjadi masalah saya sesungguhnya).

3. Menghindari situasi sosial dan penurunan fungsi sosial

Penderita BDD, seringkali menghindari situasi sosial karena mereka takut jika orang lain akan memperhatikan dan mengetahui kekurangan mereka. Akibatnya, beberapa orang sampai tidak masuk sekolah, tidak masuk kerja, bahkan tidak mau bertemu siapa-siapa. Mereka pun mengalami kesulitan dalam membina hubungan dengan teman-teman, keluarga dan bahkan pasangan. Menurut hasil penelitian, penderita BDD mengalami penurunan dalam performance mereka, baik di sekolah maupun di tempat kerja – atau dalam bidang kehidupan lainnya, karena pikiran mereka dipenuhi obsesi terhadap perceived defect sehingga sulit memfokuskan perhatian dan konsentrasi pada hal lain.

4. Disertai simtom depresi

Kondisi lain yang menyertai symptom BDD, menurut Gary K. Arthur MD – seorang psikiater, adalah adanya major depression. BDD telah memunculkan kondisi depresi yang cukup berat, dan bukan karena sebaliknya (bukan depresi menyebabkan BDD, tapi BDD menyebabkan depresi). Lebih jauh, Gary K. Arthur menemukan probablitias resiko bagi penderita BDD untuk bunuh diri.

Siapakah yang terkena?

Menurut Dr. Katherine Phillips, seorang peneliti yang khusus meneliti masalah Body Dysmorphic Disorder, BDD pada umumnya mulai tampak ketika seorang individu dalam masa remaja atau pun awal masa dewasa (bisa jadi berawal sejak masa kecil, namun selama ini tidak pernah terdeteksi). Pada masa ini lah individu semakin memperhatikan perubahan yang terjadi pada dirinya (ukuran dan bentuk tubuh). Sangatlah wajar dan umum, jika remaja memperhatikan dan mencemaskan penampilan mereka, apalagi perubahan fisik yang kian nyata.

Normalnya, kecemasan itu bersifat sementara dan akan memudar dengan sendirinya ketika sang remaja mampu membangun rasa percaya diri yang positif dan realistik-kongkrit melalui aktivitas dan pengalaman sehari-hari. Namun, ada juga yang semakin tenggelam dalam kepanikan dan kecemasan, karena mereka sangat mengidealkan penampilan, kecantikan, kelangsingan atau bahkan kalau remaja pria – kelihatan kekar. Intinya, standard ukuran yang dilontarkan media dan masyarakat akan “model ideal” – itulah yang menjadi satu-satunya tolok ukur kesempurnaan diri. Menurut data penelitian, BDD berlangsung selama bertahun-tahun, bahkan sering menjadi kian memburuk jika tidak ditangani secara benar.

Apa yang sering dicemaskan?

Menurut Gary K. Arthur MD, penderita BDD pada umumnya mendatangi dokter, dermatologist, atau pun ahli bedak plastik, untuk menangani ketidakpuasan mereka terhadap beberapa bagian tubuh. Biasanya, banyak penderita BDD yang tidak hanya overly concern terhadap satu hal saja (misal, hanya pada bentuk hidung), tapi mereka biasanya juga tidak senang atau tidak puas terhadap beberapa bagian tubuh lainnya, seperti:

  1. Wajah : warna kulit, masalah jerawat, kerut-kerut serta spots, atau bercak pada wajah, hidung & bibir (bentuk dan ukuran), bentuk mata, telinga, bahkan pori-pori wajah.

  2. Rambut : tebal-tipis, model rambut, tipe rambut, dsb

  3. Tubuh : ukuran payudara, berat tubuh (kurus / langsing / gemuk/ pendek / tinggi, kekar / berotot )

  4. Bagian tubuh lainnya: bentuk kaki, tangan, atau bahkan alat kelamin

Bagaimana penanganannya?

Beberapa ahli kedokteran, telah mengembangkan cara penanganan dengan menggunakan obat-obatan yang tergolong antidepresan, yaitu SSRs (Selective Serotonin-Reuptake Inhibitors) untuk menangani depresi dan obsessive-compulsive disorder yang biasanya terdapat di dalam penderita BDD. SSRI menurut para ahli, bekerja untuk meningkatkan aktivitas serotonin di dalam otak dan menyeimbangan kimiawi otak. Selain itu, ada pula beberapa jenis obat yang digunakan secara simultan atau pun complementary – selama pengobatan berlangsung.

Namun yang perlu diperhatikan, adalah bahwa dalam setiap penggunaan obat, akan ada efek samping yang harus diketahui terlebih dahulu, apalagi jika obat-obatan tersebut dikonsumsi dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu, keputusan untuk menggunakan obat, harus dipikirkan dan dipertimbangkan sematang dan sebijaksana mungkin – atas dasar analisa dan pertimbangan holistik-scientific-psikologis.Psikoterapi, dikatakan sebagai sebuah strategi yang efektif untuk membantu penderita mengendalikan dan mengatasi BDD-nya.

Para ahli mengatakan bahwa cognitive-behavioral therapy dan cognitive-rational therapy, sangat tepat untuk membantu penderita memahami akar permasalahan yang sesunggunya, peran konsep diri terhadap BDD yang dialami, seberapa besar dampak yang dialami dan merugikan kehidupan Klien – agar diharapkan Klien mau dan berusaha keras untuk membangun konsep diri dan pola pikir yang lebih positif dan obyektif dalam menilai diri.

Selain itu, penderita juga dibimbing atau dilatih untuk membangun alternatif strategi dan jalan keluar dalam mengatasi pikiran-pikiran obsessive yang mengganggu konsentrasi dan meningkatkan pengendalian diri terhadap tindakan kompulsif-nya (misalnya, untuk terus menerus bercermin). Yang tidak kalah pentingnya, adalah adanya dukungan keluarga terhadap penderita BDD. Penderita BDD, pada umumnya individu yang tertutup, enggan mengekspresikan diri, dan tidak jarang menunjukkan sikap seolah “keras kepala”.

Para anggota keluarga, sering merasa lelah menghadapi sikap dan pola pikir penderita, karena mereka sepertinya hanya memikirkan diri sendiri, dan tidak bisa melihat atau memikirkan hal lain selain diri sendiri. Persoalan sering timbul, karena anggota keluarga atau pun orang tua, berusaha meyakinkan atau menyangkal kecemasan penderita dan mengatakan, bahwa apa yang dicemaskan itu sama sekali tidak beralasan dan sama sekali tidak rasional. Meyakinkan penderita bahwa tidak ada yang salah dengan penampilan mereka – itu juga tidak banyak berguna, dikarenakan pola pikir yang irrational terhadap diri.

Dari pada berdebat dan terlibat dalam argumentasi yang melelahkan, alangkah lebih baik jika anggota keluarga membantu penderita membicarakan emosi-emosi yang sedang dirasakan (stress, depresi, ketakutan, kekhawatiran) sehingga dengan terbukanya pintu hati mereka, diharapkan mereka akan lebih terbuka terhadap penawaran “treatment” yang bisa membantu penderita keluar dari masalahnya. Memang proses ini bukanlah proses yang mudah, namun membutuhkan pengertian dan kesabaran yang dalam. Bagaimana pun, masalah BDD ini adalah masalah yang sangat serius dan tidak bisa berlalu begitu saja jika tidak ditangani secara professional.